Misi

MISI :

. Meningkatkan mutu pendidikan di SMAN 1 Bayan

· Meningkatkan kegiatan Imtaq dan Keagamaan

· Meningkatkan budaya disiplin, bersih, rapi, dan tertib

· Meningkatkan kegiatan belajar mengajar yang menyenagkan, menghasilkan, dan mencerdaskan

· Meningkatkan pemahaman dan pengalaman siswa terhadap nilai-nilai norma dan berbudi luhur

· Meningkatkan budaya tegur sapa dan santun antar semua komponen sekolah

SELAMAT DATANG DI BLOG SMA NEGERI I BAYAN SEBAGAI SEKOLAH RINTISAN PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL (RPBKL) style="color: rgb(265, 0, 0);">

Sabtu, 29 Januari 2011

Filosofi Ajaran Wetu Telu di Bayan-Lombok Utara (habis)

Filosofi yang di Kaitkan dengan Asal Usul Kejadian Manusia
Asal usul dan kejadian ummat manusia yang ada dimuka bumi ini juga dapat dilihat dan dipahami apa bila kita sudah mampu dan mendapatkan beberapa unsur penting berikut ini, diantaranya “ Jati Diri, Aji Diri, Lihat Diri dan Sembah Diri, beberapa unsur ini juga erat kaitannya dengan ajaran, kajian serta aspek yang terkandung dalam Adat, Agama dan Pemerintah, tambah Kardi, A.Ma, salah satu Tokoh Masyarakat Desa Loloan, Bayan, KLU.

Wetu Telu juga merupakan 5 fase yang dilewati manusia sebelum dilahirkan kemuka bumi, yang pertama adalah fase alam roh, kemudian alam roh melibatkan tuhan melalui janin, kemudian baru menginjak alam dunia setelah dilahirkan dari perut sang ibu, fase berikutnya adalah alam barzah atau alam kubur dan yang terakhir adalah fase alam akherat. Kelima fase yang dilewati manusia ini juga sudah nyata tertuang dalam ajaran agama Islam yang memerintahkan ummatnya untuk mengerjakan sholat 5 waktu sehari semalam (Shubuh, Duhur, Ashar, Isya’, dan Magrib), selain itu ada lima unsur juga diyakini mutlak sebagai pemberian dari Tuhan, yaitu, Penglihat (mata), Pendengar (telinga), penciuman (hidung), Perasa atau peraba (kulit) dan yang terakhir adalah Hidup. Dasar Lima atau fase ini juga tertuang dalam sistem dan lambang Negara Republik Indonesia yang memiliki 5 dasar yaitu Panca Sila.

Senada dengan itu, Raden Gedarip (64), Tokoh Adat Bayan, juga menambahkan, “ Kembali kita garis bawahi kalau Wetu Telu itu sama sekali bukan ajaran Agama atau waktu Sholat yang hanya dikerjakan 3 kali atau waktu Puasa yang dikerjakan pada saat awal, tengah dan akhir bulan Ramadhan saja, akan tetapi Wetu Telu itu adalah filosofi, paham atau sebutan dari proses kejadian antara Ibu, Bapak, dan Allah atau Tuhan. Filosofi lain yang kental juga yaitu Hubungan antara Tuhan dengan Manusia, Hubungan Manusia Dengan Manusia dan Hubungan Manusia dengan Alam, ketiga unsur ini juga harus sejalan dan bersama tapi tidak mungkin dapat disamakan, karena sudah memilki fungsi dan tugas tersendiri yang sudah jelas terpisah namun tidak dapat dipisahkan. (M.Syairi)
Baca selengkapnya SMA NEGERI I BAYAN - LOMBOK UTARA

Peran Pembayun Dalam Adat Perkawinan Suku Sasak

Seorang Pembayun sedang Melaksanakan tugas
Lombok Utara – Adat dan budaya yang dimiliki suku Sasak di Pulau Lombok, merupakan salah satu harta yang tak ternilai harganya di bumi Nusantara ini. Salah satunya adalah kepembayunan pada upacara sorong serah dalam adat perkawinan.

Demikian dikatakan oleh ketua Pranata Adat Karang Bajo Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara, Rianom, S.Sos, ketika ditemui di kediamannya di Dusun Ancak Timur Desa Karang Bajo Kecamatan Bayan.

Menurut Rianom, kata pembayan berasal dari dua suku kata yaitu pemban dan ayun, yang berarti pengajeng atau pemuka. Dalam upacara sorong serah terutama dalam pemulangan atau perkawinan, pembayun bertugas sebagai pemimpin rombongan dalam membawa harta yang merupakan gegawan atau bawaan dari pihak keluarga laki ke pihak keluarga perempuan. Dan biasanya rombongan ini berjumlah 20 sampai 30 orang.

Pembayun selain bertugas sebagai duta (utusan) yang diberikan mandat oleh keluarga laki-laki, juga bertugas menyampaikan amanat dalam menyelesaikan pelaksanaan adat, tata cara dan tertib dalam perkawinan. Karenanya, seorang pembayun dalam menjalankan tugasnya harus mengetahui beberapa hal, antara lain; mengetahui tata cara adat istiadat, menguasai bahasa yang dipergunakan dalam acara sorong serah, menjaga ketertiban dalam rombongan dan bertanggungjawab atas keberhasilan tugas yang diemban.

Karena tugas pembayun adalah tugas profesi, lanjut Rianom, dalam upacara penyelesaian adat perkawinan, tentu tidak sembarang orang dapat ditugaskan sebagai wakil mutlak dari pihak keluarga laki, kecuali harus dilakukan oleh orang yang terdidik terutama pada persoalan adat pemulangan.

Rianom mengakui, sebagai seorang pembayun, bukan saja dituntut memelihara tata tertib, tapi juga harus menjadikan diri lebih, baik dari sisi penampilan, pakaian, tutur bahasa maupun kecakapannya dalam menyampaikan segala sesuatu dari pihak keluarga laki.

Dalam menjalankan tugas, sang pembayun terdiri dari beberapa orang, yaitu pembayun itu sendiri yang bertugas sebagai juru bicara dan panji sebagai pengiringnya yang sewaktu-waktu dapat dimintai pendapat oleh pembayun. Dan para pembayun sedapat mungkin menggunakan pakaian adat dan sebilah keris, karena dari segi pakaian, dapat mempengaruhi keluarga perempuan selaku pihak penerima.

Pakaian yang digunakan pembayun terdiri dari ikat kepala (sapuk), dodot atau leang, baju kemeja (pegon), kain sarung panjang dan dilengkapi dengan sebilah keris yang diselipkan di pinggang. “Pakaian ini, memang sebagian orang belum memahaminya, karena belum pernah mendapat pendidikan tentang cara memakai pakaian adapt yang rapi. Soal warna pakaian rombongan boleh saja berwarna warni, yang penting rapi, sebab pakaian yang dikenakan oleh pembayun tentu berbeda dengan pakaian dinas atau seragam sekolah”, jelas Rianom.

Sebelum berangkat ke rumah keluarga perempuan, rombongan ini terlebih dahulu melakukan urun rembug dengan pihak keluarga laki, kepala dusun atau kepala desa untuk dimintai nasehatnya, sebagai bekal untuk menjalankan tugas kepembayunan. Sebab pembayun merupakan ustusan untuk menyampaikan dan memutuskan kepada si keluarga perempuan. “Jadi kalau mereka (pembayun) itu sudah berangkat menjalankan tugas, maka semua tanggungjawab berada di pundaknya”, imbuh Rianom.

Pembayun bisa dilakukan pada beberapa tahapan, yaitu “mesejati” yakni mengabarkan kepada keluarga perempuan , bahwa anak gadisnya sudah diambil oleh anak dari orang tua penganten laki-laki. Dan ini dilakukan paling tidak sehari setelah si gadis memulang atau kawin. Dalam hal ini keluarga laki-laki bisa langsung menggunakan pembayun atau mengutus petugas di tingkat dusun.

Mesejati ini kemudian dilanjutkan dengan runtut sejati yang tujuannya untuk memepertegas mesejati yang telah dilakukan terdahulu, dan biasa tenggang waktunya tida hari setelah mesejati. Biasanya setelah pihak perempuan mendapat mesejati dan runtut sejati, akan langsung mengumpulkan ahli waris atau kadang jari untuk mengadakan gundem membahas besar-kecilnya aji karma. Dan setelag selesai, hasilnya itupun disampaikan kepada pembayun selaku duta yang kemudian diteruskan kepada keluarga pengantin laki-laki.

Tenggang waktu yang diberikan pihak perempuan kepada pihak keluarga laki-laki paling lama 10 hari. Dan setelah itu barulah dilakukan selabar yakni mengabarkan tentang diterimanya apa yang dibebankan kepada pihak keluarga laki yaitu aji krama. Dan yang terakhir adalah sorong serah aji krama pada saat hari yang telah ditentukan bersama antar kedua belah pihak pada saat melakukan peradang. Dalam penyarahan piranti adat ini, disaksikan oleh semua keluarga pengantin wanita.M.Syairi
Baca selengkapnya SMA NEGERI I BAYAN - LOMBOK UTARA

Mengintegrasikan Budaya Lokal Kedalam Kurikulum

Adenan, S.Pd, M.Pd (Kepala SMAN 1 Bayan
Lombok Utara - Sebagai sekolah Rintisan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (RPBKL), SMAN 1 Bayan Kabupaten Lombok Utara, harus mampu mengintegrasikan antar budaya lokal dengan krikulum pendidikan.

Inilah yang terus dikembangkan kepada 590 siswa dan gurunya, sehingga tidak heran bila pada kegiatan-kegiatan tertentu para siswa dan guru memakaipakaian adat khas Bayan. Lebih-lebih Bayan yang terletak di ujung timur Dayan Gunung ini dikenal dengan kelestarian adat dan budayanya yang masih kental.

Sementara tarian adat (budaya lokal) yang dikembangkan oleh SMAN 1 Bayan yang siswanya telah banyak menoreh prestasi ini adalah tarian Gegeruk Tandak. Dan tarian ini sering dipentaskan ketika ada tamu dari luar daerah. “Kami sering diundang lembaga lain di Kecamatan Bayan untuk menyambut tamu yang datang baik dari pemerintah maupun tamu dari luar daerah”, ungkap puluhan siswa yang tergabung dalam tarian Gegeruk Tandak ini.

Karena prestasi dan kemampuan para pendidik mengintegrasikan budaya lokal ke dalam kurikulum inilah, sehingga beberapa waktu lalu, SMAN 1 Bayan diundang untuk memperesntasikan RPBKL didepan para budayawan, Dinas Dikbudpora NTB serta beberapa tenaga pendidik setingkat SLTP dan SLTA di Lembaga Penjamin Mutu Pelajaran (LPMP) Mataram.

“Barangkali ini subuah prestasi yang sudah dinilai oleh tim Pembina dari provinsi, sehingga diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil RPBKL”, kata Kepala SMAN 1 Bayan, Adenan, Spd, M.Pd, ketika ditemui di ruang kerjanya kemarin.

Dijelaskan, bahwa melalui pendidikan budaya lokal yang dikembangkan selama ini, ternyata mampu meningkatkan kedisiplinan kepada warga sekolah, dimana SMAN 1 Bayan ini yang note benenya berada dipinggiran mampu berbuat maksimal sehingga untuk penegakan disiplin yang cukup berat itu bisa dilakukan. “Alhamdulillah hasinya ternyata sudah mencapai 98 persen, artinya warga sekolah kedisiplinannya meningkat”,jelas Adenan.

Untuk menjadikan 100 persen tingkat kedisiplinan siswa dan guru, menurit Adenan, memang membutuhkan waktu dan perjuangan. “Namun yang jelas melalui pendidikan karakter dan peningkatakan Imtaq di segala bidang ini, Insya Allah akan berhasil”, tegasnya.

Bagaiamana respon peserta ketika memperesntasikan RPBKL pada pertemuan di LPMP? Menjawab pertanyaan tersebut, Adenan sambil tersenyum mengakui, bahwa setelah ditayangkan hasil dari kegiatan RPKBL, ternyata mendapat respon, bahkan melalui via sms ada 5 sekolah dari Pulau Sumbawa dan Lombok yang sudah siap study banding ke SMAN 1 Bayan. “Ada lima sekolah yang mau berkunjung ke SMAN 1 Bayan, hanya pihak sekolah belum siap menerimanya karena mengingat saat ini Ujian Nasional UN sudah dekat. Setelah UN nanti kita siap menerima kunjungan dari kawan-kawan”,ujarnya.

Selain itu, hasil dari presentasi juga, ternyata mendapat respon positif dari Dinas Dikbudpora provinsi NTB, sehingga guru SMAN 1 Bayan kembali diundang untuk memperesentasikan didepan tim pengembangan kurikulum lembaga pendidikan, dan hasilnya cukup positif. “Bahkan Kepala Dinas Dikbudpora NTB bersama tim dari Unram dan Newmont, menurut rencana akan berkunjung langsung ke SMAN 1 Bayan pada minggu kedua bulan Februari mendatang”, pungkas Adenan.M. Syairi
Baca selengkapnya SMA NEGERI I BAYAN - LOMBOK UTARA

SMAN 1 Bayan Mempresentasikan Karakter Pendidikan Bangsa

Lombok Utara - Satu hal yang cukup menggembirakan sekaligus sebagai sebuah prestasi bagi SMAN 1 Bayan, yaitu diantara 65 SMAN di provinsi Nusa Tenggara Barat, ada lima sekolah yang diberikan kesempatan memperentasikan Karakter Pendidikan Bangsa (KPB), dan salah satunya adalah SMAN 1 Bayan yang terletak di ujung timur Kabupaten Lombok Utara.

“Kami tidak menyangka kalau sekolah ini diberikan kesempatan mempresntasikan KPB pada pertemuan yang diegalar Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) provinsi NTB yang berlangsung di LPMD Mataram beberapa waktu lalu”, tutur Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMAN 1 Bayan, Budi Wicaksono, S.Pd, ketika ditemui di ruang kerjanya kemarin.

Menuruit Budi, dari 65 SMAN yang hadir, lima sekolah diantaranya dipercaya untuk memperesentasikan Karakter Pendidikan Bangsa yaitu SMAN 1 Narmada sebagai Sekolah Model, SMAN 2 Selong yang memiliki Pusat Sumber Belajar (PSB), SMAN Alas (Sumbawa Besar) sebagai Sekolah Standar Nasional, SMAN 1 Mataram, Rintisan Sekolah Bertarap Internasional (RSBI) dan SMAN 1 Bayan, yaitu Sekolah Rintisan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (RPBKL).

Selain pertemuan tersebut, SMAN 1 Bayan juga mengikuti pertemuan sekaligus mempresentasikan RBKL pada pertemuan di Lembaga Penjamin Mutu Pelajaran (LPMP) Mataram yang diadiri oleh para Budayawan, Kepala Dinas Dikbudpora NTB dan puluhan guru SLTP dan SLTA.

Dijelaskan, pendidikan peningkatan Iman dan Taqwa (Imtaq) paling tidak para siswa dan guru di SMAN 1 Bayan dapat menjadi, disiplin, kerjasama, pengendalian emosi, percaya diri, berfikir positif dan ihlas. Sedangkan pendidikan RBKL, seperti Tarian Gegeruk Tandak, selain menghasilkan diatas juga ditambah dengan kreatif, rendah hati dan tanggung jawab.

Dibidang lainnya, menurut Bambang Siswanto, Spd, Wakasek Bidang Kurikulum sekarang ini sudah dimulai pendidikan Sistim Terapi Emosional Siswa (STes), dimana para siswa secara bergantian diinapkan di sekolah dengan model pendidikan yang akan diterapkan yaitu, pada waktu maghrib sampai Isya, siswa yang belum mampu membaca Al-Qur’an akan dilatih membaca, dan dilanjutkan dengan pelajaran sekolah. Sementara tengah malamnya para siswa akan dibangunkan untuk menunaikan sholat tahajjud.

“Kegiatan ini, Insya Allah akan menghasilkan siswa disiplin, kerjasama, pengendalian emosi, percaya diri, berfikir positif, ihlas dan jujur”, pungkas Bambang.
Baca selengkapnya SMA NEGERI I BAYAN - LOMBOK UTARA

Selasa, 18 Januari 2011

Perpisahan Mahasiswa PPL Mahasiswa STKIP Hamzanwadi Selong


Setelah 3 bulan melaksanakan PPL di SMAN 1 Bayan, Mahasiswa STKIP Hamzanwadi Pancor Selong Lombok Timur melakukan acara perpisahan. Acara tersebut dihadiri oleh Bapak Kepala Sekolah SMAN 1 Bayan Adenan, S.Pd, M.Pd, Drs.Sahibudin selaku Dosen Pembimbing Lapangan, Budi Wicaksono, S.Pd (Waka Humas), tiga guru pamong (Akhmad, S.Pd. + Nurul Ikhsan, S.Pd., + Maryati, S.Pd.) dan semua guru serta seluruh staf  tata Usaha SMA N 1 Bayan. Adenan, S.Pd.,M.Pd. menyampaikan ucapan terima kasih kepada lembaga Perguruan Tinggi STKIP Hamzanwadi yang telah menempatkan mahasiswa PPL di lembaga yang ia pimpin.Pengalaman selama PPL hendaknya dapat diterapkan disekolah tempat tugas masing-masing, karena saya tahu bahwa sebagian besar mahasiswa yang PPL disini adalah guru-guru yang sudah berstatus PNS, imbuhnya. Drs. Sahibudin selaku Dosen pembimbing menegaskan bahwa dari 57 orang Mahasiswa Prodi Bahasa dan Seni, 9 orang diantaranya mahasiswa yang ditunjuk untuk  PPL di SMA ini (maksudnya SMA N 1 Bayan), selebihnya tersebar di SMK N 1 Bayan, SMP N 1, 2, 3 dan 4 Bayan tegasnya.

Afipuddin salah seorang mahasiswa yang dipilih oleh rekannya sebagai ketua PPL di SMAN 1 Bayan menyampaikan ucapan terimakasih kepada Lembaga yang dipimpin oleh Adenan, S.Pd, M.Pd.,dan seluruh guru, staf tata uasaha, lebih khusus kepada bapak / ibu yang menjadi Guru Pamong yang telah membimbing, mengarahkan,  memberikan dorongan semangat kepada kami sehingga pelaksanaan PPL ini dapat terlaksana meskipun tidak sesuai dengan harapan ungkapnya merendah, dan ilmu serta keterampilan yang  kami peroleh dari lembaga ini akan kami jadikan sebagai motivasi dalam menjalankan tugas  mendidik dan mengajar di tempat tugas kami masing-masing, janjinya. (Met's cabe)
   



Baca selengkapnya SMA NEGERI I BAYAN - LOMBOK UTARA

Koperasi Siswa

KOPSIS (Koperasi Siswa ) SMA Negeri 1 Bayan

melayani segala keperluan siswa dan guru untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar
.kopsis ini berdiri sejak tahun 1998 atas bimbingan KPN bersinar (Guru dan Pegawai) SMAN 1 BAYAN Baca selengkapnya SMA NEGERI I BAYAN - LOMBOK UTARA

Senin, 17 Januari 2011

Menelusuri Pelaksanaan Lebaran Qurban Adat Wetu Telu

Lombok Utara - Setiap tanggal 10 Dzulhijjah, umat Islam di seluruh dunia melaksanakan Hari Raya Idul Adha atau dikenal dengan sebutan Hari Raya (lebaran) Qurban atau Hajji. Dan pada hari lebaran ini, umat Islam yang memilki kemampuan dianjurkan untuk menyembelih hewan qurban seperti kambing atau sapi yang dagingnya dibagikan kepada kaum fakir miskin.

Namun suasana yang sedikit berbeda, adalah lebaran qurban yang dilaksanakan oleh komunitas adat “wetu telu” di Desa Bayan, dimana pelaksanaannya di pusatkan di beberapa masjid kuno yang ada di Kecamatan Bayan, seperti masjid kuno Semokan Desa Sukadana, Bayan dan masjid kuno Barung Birak Desa Sambik Elen. Pelaksanaanya sendiri mundur tiga hari dari kebiasaan kebanyakan umat Islam, yaitu tepatnya tanggal 13 Dzulhijjah 1431 H atau bertepatan dengan hari Sabtu 20 Februari 1010.

Sejak pukul 10.00 wita, para penghulu, ketib, modim dan kiyai nyaka dan santri datang dengan mengenakan baju dan ikat kepala berwarna putih serta kain tenunan asli Bayan (dodot). Ketika sampai didepan pintu masjid kuno yang berdiri ratusan tahun lalu itu, mereka mengambil air disebuah tempat (tempayan) yang terbuat dari tanah untuk mencuci kaki. Setelah itu, para kiyai ini berdiri sambil membaca do’a, lalu berjongkok sebagai tanda hormat dan masuk ke dalam masjid.

Masjid yang berdiri ratusan tahun silam ini, dikelilingi beberapa kuncup makam, seperti makam sesait, makam reak dan makam Susuhunan Ratu. Sementara lantai masjid masih tetap dari tanah dengan pagar bambu dan atap santek yang terbuat dari bambu. Di dalam masjid terdapat sebuah bedug yang juga usianya ratusan tahun. Sementara di mimbar sang khatib terdapat sebuah ukiran bergambar kepala naga. Hanya saja pas di mimbar masjid atapnya sudah lapuk di makan usia, sehingga cahaya matahari masuk menyinari dalam ruangan masjid.

Masjid kuno Bayan dan beberapa masjid kuno lainnya termasuk salah satu bukti sejarah masuknya Islam ke Pulau Lombok, yang konon disebarkan oleh para wali Songo yang mendarat melalui Labuhan Carik Desa Anyar. Demikian juga dengan nama Bayan diberikan oleh para wali penyebar Islam. “Bayan itu artinya penjelasan atau penerangan”, kata HM. Amir, salah seorang tokoh Desa Loloan.

Satu hal lagi keunikan dari para jama’ah yang melaksanakan syari’at lebaran qurban, yaitu para penghulu, ketib (khotib), modim dan kiyai santri, dimana sebelum masuk ke dalam masjid terlebih dahulu mereka mandi di kali yang dikenal dengan mandi sunnah lebaran, dan begitu sudah masuk ke dalam masjid para jama’ah tidak diperbolehkan lagi keluar. “Para jama’ah sebelum masuk masjid, mandi dan mengambil air wudlu’ dulu di kali, serta kalau sudah masuk ke masjid tidak boleh lagi dia keluar walau ada keperluan sekalipun”, tutur Kertamalip, Kepala Desa Karang Bajo yang mendampingi Primadona, kemarin.

Sekitar pukul 11.30 wita, salah seorang modim (muazzin) berdiri untuk iqomah sebagai pertanda sholat Idul Adha dimulai. Setelah itu berdiri salah seorang penghulu untuk mengimami sholat Idul Adha pas di depan mimbar masjid. Imam inipun didampingi dan berdiri sejajar dengan tiga kiyai lainnya. Sementara jama’ah yang rata-rata mengenakan baju dan ikat kepala berwarna putih berdiri bershaf pada dua sisi, yaitu disisi utara dan selatan dalam masjid. Seperti biasa pada rakaat pertama terdiri dari tujuh kali takbir, dan pada rakaat kedua lima kali takbir, lalu membaca surat Fatihah serta membaca ayat Al-Qur’an.

Seusai sholat, sang modimpun kembali berdiri mengucapkan takbir, tahmid dan tahlil mengagungkan asma’ Allah. Dan tidak lama kemudian, naiklah sang ketib (khotib) sambil memegang tongkat membaca khutbah yang semua isi khutbahnya berbahasa Arab. Dan tepat pukul 12.10 wita terdengarlah pemukulan bedug sebagai pertanda khutbah Idul Qurban berakhir, dan dilanjutkan dengan bersalam-salaman antar para jama’ah.
Lalu mengapa pelaksanaan hari besar Islam mundur tiga hari? Menjawab pertanyaan ini, HM. Amir, mengatakan, masyarakat adat wetu telu di Bayan menggunakan hitungan tanggal yang sudah baku secara turun temurun, yaitu ada 12 bulan, 8 nama tahun dan angka 9. “Dan bila ingin mengetahuinya lebih jauh silahkan dicari, karena semuanya itu ada pada diri manusia”, kata H. Amir.

Lebih jauh H. Amir mengaku, memang banyak para tokoh kita kadang-kadang kurang mengenal istilah wetu telu atau metu telu, sehingga apa yang dilakukan oleh masyarakat adat seringkali disebut dengan waktu telu. “Padahal kalau kita mau gali arti metu telu itu sendiri cukup dalam maknanya, seperti memenuhi jagad raya ini ada tiga yaitu telur, tumbuh dan beranak. Sementara arti adat itu sendiri adalah pekerjaan atau pelaksanaan acara-acara ritual, baik keagamaan maupun adat”, jelasnya.

Sebagai manusia, kata H. Amir, hidup dalam beberapa pase, dimana mula-mula berada dalam alam ruh, lalu pindah kea lam rahim ibu, kemudia lahir kea lam dunia. Setelah itu sambil menunggu kiamat tiba kitapun akan masuki alam barzah (kubur), barulah setelah kiamat tiba ditentukan apakah kita akan masuk neraka atau syurga tergantung dari amal yang dikerjakan didunia ini. “Karenanya sebagai umat yang mengaku diri Islam perlu melaksanakan amal baik agar kelak mendapat kebahagiaan di hari kemudian”, pintanya ketika memberikan wejangan di depan jama’ah sholat Idul Adha di masjid kuno Bayan.

Sementara proses lebaran qurban, sebagian warga di masing-masing kampung, ada yang menyembelih kambing dan ada juga yang memotong sapi sebagai kurbannya. Semuanya itu dihidangkan kepada para pengulu, kiyai dan tokoh masyarakat lainnya setelah selesai Idul Qurban. “menyangkut pemotongan hewan, itu tergantung kesepakatan masing-masing kampong, bahkan di Dusun Barung Birak Desa Sambik Elen, komunitas wetu telu memotong kerbau untuk dihidangkan seusai sholat hari raya”, pungkas H. Amir, yang didampingi kepala desa Karang Bajo, Kertamalip. (M.Syairi)
Baca selengkapnya SMA NEGERI I BAYAN - LOMBOK UTARA

Minggu, 16 Januari 2011

UPACARA BENDERA

Salah satu kegiatan pendidikan karater bangsa adalah melakukan upacara Bendera dengan hikmat serta dengan sungguh-sungguh.
Baca selengkapnya SMA NEGERI I BAYAN - LOMBOK UTARA

Jumat, 14 Januari 2011

SMA NEGERI I BAYAN - LOMBOK UTARA: Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Dengan Pendidikan ...

SMA NEGERI I BAYAN - LOMBOK UTARA: Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Dengan Pendidikan ...: "Lombok Utara - Salah satu terobosan baru yang dilakukan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Bayan Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara, ..."

Baca selengkapnya SMA NEGERI I BAYAN - LOMBOK UTARA

Tarian Gegeruk Tandak Masih Dilestarikan

Lombok Utara - sebagai salah satu daerah otonomi baru memang memiliki segudang keunikan dan kelebihan dibandingkan dengan daerah lain, mulai dari pariwisata, okosistim alam yang strategis dan subur, kerukunan, keamanan masyarakat, hingga kearifan lokal yang berusia ratusan tahun yang masih lestari hingga sekarang ini, salah satunya yang ada di Kecamtan Bayan, KLU yang merupakan daerah yang sangat bersejarah di pulau Lombok karena awal masuknya ajaran Agama Islam berada ditempat ini.

Salah satu keraifan lokal yang masih eksis dipertahankan adalah Tarian Gegeruk Tandak, salah satu tarian kesenian yang diperkirakan ada sejak abad 16 silam, dimana tarian ini dilakukan oleh komunitas adat Bayan Beleq untuk mengusir binatang buas yang akan menggangu tanam.

” Pada zaman dulu salah satu Penghulu Alim (tokoh agama) dapat menyamar menjadi salah satu bitang yang menyerupai Mayung Puteq (menjangan putih-red), setelah penyamaran dilakukan Mayung Puteq tersebut mengumpulkan semua binatang buas yang akan merusak tanaman masyarakat, setelah itu mereka (binatang) pun begundem (musyawarah) yang kemudian secara bersama melakukan sebuah tarian (gegeruk), berkat kesaktian yang dimiliki penghulu alim yang sedang melakukan penyamaran, semua bitang buas dapat dipengaruhi, sehingga niat untuk merusak tanaman atau mengganggu manusia pun hilang”.

Karena keampuhan tarian ini maka dijadikan salah satu seni adat atau ritual oleh komunitas ada zaman dulu, bahkan masih dilakukan dan diperagakan oleh komunitas adat khususnya yang ada dikecamatan Bayan, terutama pada acara atau ritual adat tertentu seperti, Begawe Beleq, Begawe Alif, Memayas, Nyunatang dan bercocok tanam pare oma atau pare rau (padi bulu) yang dilakukan pada proses penanaman dan diperagakan dengan berbalas pantun, tutur Rianom S.Sos, Anggota Dewan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Kecamatan Bayan, KLU saat di jumpai Suara Komunitas.

“Tarian atau pun kesenian adat lainnya juga sudah sering kita peragakan pada even-even penting lainnya untuk mempertahankan eksistensinya, Namun demikian secara umum kita sadari kearifan lokal yang ada di KLU keberadaanya juga sudah mulai tergeser karena perkembangan zaman. Untuk itu menjadi PR bersama antara pemerintah terkait untuk dapat menjawab persoalan ini, tambah Rianom.
Baca selengkapnya SMA NEGERI I BAYAN - LOMBOK UTARA

Filosofi Ajaran Wetu Telu di Bayan-Lombok Utara (Bag.2)

Wetu Telu Bukan Agama
Kepercayaan dan pendapat yang menyebar pada sebagian besar dikalangan luar meyakini bahwa Wetu Telu itu adalah ajaran agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat atau komunitas adat Bayan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara.

Pandangan masyarakat luas yang berkembang seperti ini sangat disesalkan oleh semua tokoh adat, tokoh agama dan masyarakat atau komunitas adat Bayan pada khususnya, terlebih secara tertulis telah dipublikasikan melalui sebuah buku yang berjudul Satu Agama Banyak Tuhan, karya Kamarudin Zaelani yang diterbitkan oleh percetakan Pantheon Media Pressindo bulan Maret 2007 lalu, isi yang tertuang yang ada dalam buku tersebut dinilai sangat mendiskriditimasi komunitas adat Bayan karena sumber yang ditemui masih sepihak dan belum memahami apa sebenarnya Wetu Telu tersebut.

Keluhan tersebut langsung dilontarkan beberapa Tokoh adat, Tokoh Agama, tokoh Masyarakat komunitas adat Bayan Kecamatan Bayan, KLU, seperti, Raden Gedarip (64), Raden Jambe, Haji Amir (63) dan Kardi Am.a.

Lalu seperti apakah Wetu Telu yang selama ini diyakini sebagai agama oleh kalangan luas…?

"Haji Amir (63) tokoh adat sekali gus tokoh Agama yang juga mantan Kepala Desa Loloan, Bayan, KLU priode tahun 1968-1998, menuturkan, “ Wetu Telu itu adalah filosofi yang diyakini komunitas adat Bayan yang memiliki arti, makna serta penjabaran yang sangat luas dan mendalam tentang kehidupan manusia, Tuhan dan lingkungannya, yang kesemuanya itu tidak dapat terpisahkan satu dengan yang lainnya, dimana folosofi ini juga kental dan erat kaitannya dengan ajaran Agama Islam.

“Wetu Telu juga menggambarkan filosofi tentang “ Wet Tau Telu (tiga bagian wilayah atau sistim Pemerintahan-red) diantaranya, Adat, Agama dan Pemerintah, ketiga unsur ini jika dilihat berdasarkan fungsinya tidak mungkin dapat terpisahkan dimana tugas dan fungsinya juga tidak mungkin dapat disatukan atau disamakan satu dengan yang lainnya. Filosofi lain juga meyakini Wetu dan Metu itu yakin adanya Tuhan, Nabi Muhammad Saw, Ibu, Bapak, dan Anak serta menyakini adanya Nabi Adam sebagai manusia pertama yang dilahirkan dan diturunkan kebumi. Kemudian isi bumi atau alam diyakini dilahirkan melalui tiga cara atau tiga unsur, (Metu) yaitu, Tioq (tumbuh), Menteloq (bertelur) dan terakhir melalui proses Beranak.

“Gambaran lain yang sering diucapakan dalam kehidupan sehari-hari adalah Inaq, Amaq, Allah (Ibu, Bapak dan Tuhan) juga sebagai ungkapan kalau sorga itu berada dibawah telapak kaki ibu, filosofi ini juga masuk dan erat kaitannya dengan ajaran Agama Islama dimana semua ummat Islam harus tunduk dan patuh terhadap ajaran tersebut.

Keyakinan lain juga tergambar dari tiga aspek kehidupan yaitu Air, Agin dan Tanah, ketiga unsur ini juga menjadi dasar utama semua mahlauk hidup yang ada dimuka bumi dapat tumbuh, hidup serta berkembang biak, apa bila ketiga elemen ini ada dan dilestarikan.

Ketiga unsur lain tentang makna serta filosofi Wetu Telu yaitu Adanya tiga unsur yang mengayomi dan menuntun serta membina manusia atau masyarakat, yaitu dari Kyai yang berdasarkan keturunan dan memiliki tugas khusus dibidang agama, Tokoh Adat yang mengatur soal adat dan istiadat, dan yang terakir adalah pemerintah yang juga khusus membidangi sistim pemerintahan.
Baca selengkapnya SMA NEGERI I BAYAN - LOMBOK UTARA

Kamis, 13 Januari 2011

SMAN 1 Bayan Intensipkan Pengayaan Dan Tri Out Bagi Siswa

Lombok Utara - Semua sekolah sejak beberapa bulan ini sudah mulai melakukan berbagai perisapan bagi siswanya yang akan mengikuti Ujian Nasional (UN). Salah satunya adalah SMA Negeri 1 Bayan yang terletak di ujung timur Kabupaten Lombok Utara.

“Sejak tiga bulan lalu, kami sudah mengintensipkan pengayaan dan tri out bagi 192 siswa kelas III yang akan mengikuti UN. Karena pada tahun ini, selain tidak ada ujian ulang, juga nilainya harus mencapai 5,50 per bidang study”, ungkap Rasyid Ridha, S.Pd, wakasek bidang kesiswaaan, ketika ditemui di ruang kerjanya 13/1, di sela-sela kesibukannya.

Menurut Rasyid, kegiatan pengayaan sudah dilakukan sejak bulan Oktober 2010 tahun lalu dan ditambah dengan 8 kali tri out. Dan pada awalnya pengayaan ini dilakukan empat kali seminggu.

“Dan agar siswa tidak jemu, sejak Januari 2011 kita kurangi intensitas pengayaan menjadi dua hari per minggu. Sedangkan untuk tri out kita sudah laksanakan sebanyak lima kali”, jelas Rasyid.

Hal senada juga diakui oleh Wakasek Humas SMAN 1 Bayan, Budi Wicaksono, S.Pd. Menurutnya, para siswanya sudah diberikan pengayaan dan tri out, dengan harapan agar bisa lulus 100 persen seperti tahun lalu serta meraih prestasi yang memuaskan. “Dari dua jurusan yaitu IPA dan IPS ini akan menempati 10 ruangan kelas pada UN dan UAS mendatang”, katanya.

Sementara Bambang Siswanto, S.Pd yang menangani kurikulum di SMAN Bayan mengatakan, materi pengayaan dan tri out yang diberikan kepada siswa kelas III, disamping soal ujian tahun lalu, juga ditambah dengan berbagai soal ujian yang diambilkan dari internet.

“Kami juga mengambil dari internet agar kelulusan para siswa nanti sesuai dengan standar kelulusan nasional”, pungkasnya.
Baca selengkapnya SMA NEGERI I BAYAN - LOMBOK UTARA

Selasa, 11 Januari 2011

Pendidikan Pramuka, Wadah Pembinaan Karakter Bangsa

Lombok Utara - Pendidikan pramuka bagi siswa, merupakan wadah pembinaan karakter bangsa. Karena kegiatan kepramukaan dilakukan dalam bentuk yang menarik, terarah dan praktis.

Hal tersebut dikemukakan Kepala SMAN 1 Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara, Drs. Mohammad Hakam Yamin, (9/1) ketika mengukuhkan anggota pramuka ambalan penegak yang berlangsung di halaman SMAN setempat, yang dihadiri oleh andalan ranting, pembina pramuka penegak putra-putri, anggota pramuka penegak atau pandega dan undangan lainnya.

Menurut Hakam Yamin, pendidikan kepramukaan, merupakan proses pendidikan karakter bangsa dengan cara kreatif, rekreatif dan edukatif dalam mencapai sasaran dan tujuannya.

“Melalui kegitan yang menarik dan tidak menjemukan serta penuh dengan tantangan sesuai dengan minat dan bakat siswa akan mencipatakan kemantapan mental, fisik, pengetahuan, keterampilan, sepritual dan emosianal dapat meningkatkan rasa sosial sehingga para siswa dapat berkembang dengan baik dan terarah”, jelasnya.

Mohammad Hakam Yamin, beresan kepada peserta didik untuk dapat mengamalkan dengan sebaik-baiknya Dasa Dharma Pramuka dalam kehidupan sehari-hari. Demikian juga dengan para Pembina dan anggotanya, untuk terus saling bahu membahu mengemabngkan bakat peserta didik.

Sementara Pembina Pramuka SMAN 1 Kayangan, Sahlam, Spd, mengharapkan kepada siswa untuk menjadikan kode ertik kepramukaan itu menjadi standar minimal dalam melaksanakan aktivitas sehari hari. (Ndr/Ari)
Baca selengkapnya SMA NEGERI I BAYAN - LOMBOK UTARA

STKIP Hamzar Buka Jurusan PG-PAUD

Lombok Utara - Mengingat di Kabupaten Lombok Utara (KLU) hingga saat ini belum memiliki sarjana Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), sehingga Sekolah Tinggi Kejuruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Hamzar yang sudah memperoleh ijin oprasional dari Dirjen Dikti membuka dua jurusan yaitu PG-PAUD dan PG-SD.

“Jurusan PAUD yang kita bangun di STKIP Hamzar KLU, ada korelasi perkuliahan dengan prakteknya termasuk PAUD Laboratorium, sehingga nantinya siapapun yang mau belajar tentang PAUD bisa melihat langsung di STKIP Hamzar”, ungkap pimpinan pusat Yayasan Maraqitta’limat (Yamtia) provinsi Nusa Tenggara Barat, H. Mashal, SH, MM, 8/1 pada pertemuan dengan kepala sekolah dan pengurus Yamtia di MI Lekok Aur Desa Karang Bajo Kecamatan Bayan.

Menurut H. Mashal, PGSD dan PG PAUD di STKIP Hamzar Lombok Utara merupakan satu paket, hanya saja untuk sementara ini lebih banyak mahasiswa yang mendaftar di PGSD. Padahal yang namanya S1-PAUD itu memiliki kemampuan untuk melaksanakan program-program pendidikan pada tingkat anak usia dini, bahkan mereka mengusai tehnik-tehnik permbinaan terhadap balita.

“S-1 PAUD itu mirip dengan dokter spesialis anak, hanya bedanya di PAUD yang paling dipentingkan adalah responsif, artinya bagaimana seorang anak itu merespon cahaya, gerak, suara dan warna dalam rangka mengembangkan sel-sel kecedasan yang ada di dalam otak, barulah masuk ke tingkat kelompok bermain”, jelasnya.

Memang, kata H. Mashal, ada perbedaan anak yang sekarang dengan anak yang dulu. Kalau anak-anak dulu tidak dilarang oleh orang tuanya, sehingga bergerak terus kecuali pada jam makan dan istirahat. Dan ternyata itu yang diperlukan pada usia balita.

“Jadi kurang baik kalau anak itu belum masuk SD sudah bisa membaca atau menulis. Dan itu diibaratkan seperti rumah yang pondasinya belum jadi sudah ditembok, karena anak-anak balita belum waktunya diberikan pelajaran membaca atau menulis”,papar mantan pegawai dinas pendidikan Kabupaten Lombok Timur ini.

Bila kita kembali ke ajaran agama, lanjut H. Mashal yang juga ketua STKIP Hamzar KLU, ternyata banyak sekali teori-teori pengembangan itu yang relevan dengan ajaran agama Islam.

“Kalau pada jaman Rasulullah Saw. cucunya digendong pada saat beliau sholat, dan ternyata PAUD juga menghendaki seperti itu, yaitu menghadirkan balita dari 0 tahun ke tempat-tempat ibadah seperti di masjid atau musalla, karena pada saat itu dia dapat melihat dan merekam gerakan sholat dan sebagainya, sebelum merekam gerakan lainnya”, ujar H. Mashal memberi contoh.

Demikian juga ketika mereka baru lahir, rekaman suara pertama adalah suara azan dan iqomah, sebagai filter dari rekaman-rekaman suara lainnya, dan itulah pentingnya pendidikan anak sejak dini, sehingga STKIP Hamzar membuka jurusan PG PAUD. “Dan ini perlu disosialisakan dan diberikan informasi yang jelas, bahwa STKIP Hamzar Lombok Utara telah memperoleh ijin resmi untuk menerima mahasiswa baru pada dua jurusan tersebut, dengan nomor: 4/D/O/2011 tanggal 7 Januari 2011”, pungkas H. Mashal. (M. Syairi)
Baca selengkapnya SMA NEGERI I BAYAN - LOMBOK UTARA

Senin, 10 Januari 2011

SMAN 1 Bayan Terapkan Disiplin Waktu

Lombok Utara - “Waktu” bagi para guru dan siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Bayan Kabupaten Lombok Utara adalah peluang yang sangat berharga, dan perlu diterapkan. Dan salah satu cara untuk meningkatkan kedisiplinan waktu ini, dengan cara masuk sebelum waktu pelajaran di mulai.

Tidak heran, bila kita memasuki pintu gerbang SMAN 1 Bayan, 15 menit sebelum belajar, terdengar alunan suara syahdu dari para guru dan siswa yang sedang membaca kalimah Asmaul Husna dan dilanjutkan dengan cermah tujuh menit yang dilakukan secara bergantian oleh para tenaga pendidik.

“Kegiatan ini awalnya dilaksanakan di masing-masing kelas hampir dua tahun. Namun tampaknya hal ini kurang efektif untuk meningkatkan kedisiplinan guru dan siswa. Sehingga atas usulan guru dan siswa, dikumpulkan menjadi satu yaitu di gelar di halaman sekolah. Jadi semua guru dan siswa harus datang 15 menit sebelum pelajaran dimulai atau siswa masuk kelas”, tutur Ali Murtadho, Spd, guru agama SMAN setempat.

Hal senada juga diungkapkan oleh wakil kepala SMAN 1 Bayan yang menangani bidang humas, Budi Wicaksono, Spd. Menurutnya, setelah kegiatan ini dilaksanakan, sudah hampir 100 persen para guru dan siswa tidak ada yang terlambat masuk.

“Sanksi bagi yang tidak mengikuti kegiatan ini, memang tidak ada kecuali sanksi sosial. Artinya, jika terlambat datang, entah itu guru atau siswa harus menunggu di luar pintu, karena ketika pembacaan Asmaul Husna di mulai, maka pintu gerbang sekolah ditutup sampai selesainya acara”, jelas Budi Wicaksono.

Sementara Kepala SMAN 1 Bayan, Adenan, S.Pd, M.Pd, mengakui, bahwa kegiatan yang digelar sebelum masuk kelas ini cukup efektif untuk meningkatkan kedisiplinan yang bukan saja bagi siswa, tapi juga para gurunya.

“Hanya saja yang kita minta, kegiatan seperti ini harus dilakukan dengan niat yang tulus. Jangan sampai apa yang kita lakukan karena takut kepada kepala sekolah atau guru. Dan yang ini tidak saya inginkan terjadi. Laksanakanlah semua program itu dengan berniat mengharapkan ridha Allah SWT”, harapnya.

Adlan Mamnun, salah seorang pengamat pendidikan Kecamatan Bayan mengatakan, apa ya ng dilakukan oleh SMAN 1 Bayan, khususnya mengarahkan para siswa membaca kalimah thayyibah 15 menit sebelum masuk kelas, patut ditiru dan dan didukung oleh semua wali murid.

“Pembacaan Asmaul Husna itu merupakan tuntunan dari Allah, dan kegiatan seperti ini, disamping meningkatkan keimanan dan ketaqwaan (Imtaq) sekaligus dapat meningkatkan kedisiplinan waktu, sehingga tidak ada lagi siswa yang terlambat masuk kelas”,ujar Adlan. (M.Syairi)
Baca selengkapnya SMA NEGERI I BAYAN - LOMBOK UTARA